Selain pantai, Bangka juga
dikenal dengan keragaman budayanya. Dari budaya lokal hingga budaya “Import”
yang dibawa para pendatang. Keragaman budaya inilah yang belakangan menjadi
aset penting untuk mengembangkan pariwisata.
Pulau Bangka yang dikelilingi
lautan, laksana surga-surga bagi para nelayan. Itulah secuil cermin tentang
kebudayaan nelayan di pulau yang dulu dikenal sebagai penghasil timah.
Dalam perkembangannya, latar
belakang masyarakat Bangka yang sebagian besar nelayan itu, ternyata turut
mempengaruhi pertumbuhan kebudayaan lokal. Meski saat ini pola hidup masyarakat
Bangka telah mulai bergeser, kebudayaan lokal yang mengandung unsur nelayan
masih tetap kental mewarnai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Paling tidak
saat ini ada dua event budaya besar yang berhubungan dengan nelayan, yakni,
upacara rebo kasan dan buang jong.
Selain itu ada ritual-ritual
budaya yang dipengaruhi unsur religi, sementara pertunjukan kesenian Barongsai
mewakili kebudayaan masyarakat pendatang (Tionghoa)
Tapi diantara banyak ritual
budaya di Bangka, upacara sepintu sedulang boleh jadi memiliki makna yang
khusus. Inilah ritual yang menggambarkan persatuan masyarakat Bangka.
Kata sepintu sedulang adalah
semboyan dan motto masyarakat Bangka yang bermakna adanya persatuan dan
kesatuan serta gotong royong. Ritual ini adalah satu kegiatan penduduk pulau
Bangka pada waktu pesta kampung membawa dulang berisi makanan untuk dimakan
tamu tau siapa saja di balai adat.
Dari ritual ini, tercermin betapa
masyarakat Bangka menjujung tinggi rasa persatuan dan kesatuan serta gotong
royong, bukan hanya dilaksanakan penduduk setempat melainkan juga dengan para
pendatang.
Jiwa gotong royong masyarakat
Bangka cukup tinggi. Warga masyarakat akan mengulurkan tangannya membantu jika
ada anggota warganya memerlukanya. Semua ini berjalan dengan dilandasi jiwa
Sepintu Sedulang. Jiwa ini dapat disaksikan, misalnya pada saat panen lada,
acara-acara adat, peringatan hari-hari besar keagamaan, perkawianan dan
kematian. Acara ini lebih dikenal dengan sebutan “Nganggung”, yaitu kegiatan
setiap rumah mengantarkan makanan dengan menggunakan dulang, yakni baki bulat
besar.